05 November | Oleh : Mindiarto D.
Kalau kita mendengarkan dan mengamati secara seksama program pendidikan pemerintah tentang pencanangan pendidikan wajib 9 tahun (SD 6 tahun + SLTP 3 tahun), ini sebetulnya juga memberikan pertanda yang sangat jelas bahwa tuntutan untuk hidup lebih mapan, lebih manusiawi, lebih layak, dan lebih bermartabat menuntut kita semua peduli agar semakin berkompetisi. Tuntutan tersebut makin sulit. Dibutuhkan kemampuan tambahan juga fondasi, dan jawabannya ada pada pendidikan yang lebih baik.
Beberapa tahun lalu pemerintah sudah mencanangkannya, dijalankan, dan masih dalam tahap eksekusi dan evaluasi hasil. Namun, saat hal tersebut belum tuntas, sudah muncul lagi kurikulum pendidikan yang baru (penyempurnaan). Kurikulum baru ini bertujuan mengakselerasi agar masyarakat Indonesia semakin dapat bersaing selain di dunia global. Tentunya bisa bersaing di dunia industri, atau sekurang-kurangnya memperbaiki jati diri sendiri, sehingga mengurangi kemiskinan, dan hidup masyarakat Indonesia dapat lebih sejahtera, aman, jauh dari budaya demo buruh.
Menilik fenomena tadi, kita sebagai pelaku dunia usaha, pemimpin operasional—khususnya yang erat dengan dunia penjualan, apakah kita juga sudah mengubah standar pengetahuan, keterampilan dan kompetensi di jajaran penjualan? Dan terlebih adalah pelatihan yang diberikan, seharusnya bukanlah ilmu yang usang atau ilmu keterampilan dasar (basic)! Bilamana ini masih terjadi di saat tuntutan lebih, namun kita masih memberikan standar, maka sudah terjadi kekeliruan yang terstruktur dan sangat menyedihkan.
Kebutuhan dasar apa pun bukan lagi sesuatu yang perlu dieksploitasi, baik kebutuhan dasar ilmu profesi maupun kebutuhan dasar sikap dan perilaku. Seperti syarat-syarat jabatan masih sering ditulis: jujur, rajin, semangat, gigih, dan seterusnya. Sebetulnya sifat-sifat tersebut hukumnya wajib bagi siapa pun! Itu syarat dasar dan kebutuhan dasar.
Ditambah syarat dasar kompetensi jabatan profesi seperti tenaga administrasi wajib bisa mengoperasikan komputer, sekretaris wajib menguasai sistem pengarsipan dan lainnya, akunting wajib memiliki kompetensi dasar pembukuan dan lain-lain, tenaga penjualan wajib punya pengetahuan penjualan, dan seterusnya.
Maka kalau perusahaan ingin melakukan akselarasi untuk menjawab tantangan dan memenangkan pertarungan dari para pesaing, mau tidak mau, suka tidak suka, pelatihan yang diberikan tidak lagi cukup dengan basic salesmanship, basic selling skill, basic service excelence, basic communication skill. Sudah harus diberikan pelatihan yang serba unggul, seperti advance selling strategy, advance customer service, advance CRM, advance communication skill, dan sebagainya.
Kita harus yakin salah satu proses percepatan dalam organisasi diawali dengan memiliki dan merekrut orang-orang yang unggul. Berikan pelatihan yang unggul, tempatkan di area/divisi/tugas yang menantang, picu dengan sistem remunerasi dan motivasi yang atraktif, maka keunggulan besaing akan kita peroleh. Basic skill pun hanya tinggal kenangan. Selamat tinggal cara-cara lama, mulai dengan cara-cara yang unggul!