Psycho Selling (Bagian 2)

05 November | Oleh : Mindiarto D.

 Fungsi dan peranan warna akan dapat berbicara banyak dalam memahami perilaku dan selera pribadi pelanggan Anda. Di sini terlampir Tabel Pesan Emosi yang Terdapat pada Warna dan kecenderungan karakternya.

Ada beberapa yang dapat digunakan dalam permainan warna untuk hal yang sangat sederhana dan aplikatif, seperti penggunaan sales tool kits, pemberian gift, kesesuaian berpakaian, aksesori, mengenal pribadi, hingga terapi.

Memainkan Psikologi Angka

Dalam dunia komunikasi pemasaran kita mengenal yang disebut “psikologi harga”, seperti jangan jual sampai lebih dari Rp1.000, cukup Rp990 atau jangan lebih dar iRp10.000, maka dibuat harga Rp9.950, dan seterusnya.

Aplikasi psikologi penjualan oleh jajaran penjualan dalam memainkan angka dapat dilakukan misalnya angka satuan untuk mendapatkan penjualan diperkecil. Dari seharusnya bicara “6 lusin” diubah menjadi “½ gros” (terkesan kecil) atau juga untuk menyarankan order yang terbiasa “masing-masing 4 pcs ada 3 macam”, dapat diubah menjadi “1 lusincampur”.

Memainkan Psikologi Kata

Ada suatu pandangan bahwa penjual yang hebat bukan menjual produk, namun menjual kata-kata untuk meyakinkan pelanggannya dalam proses penjualan. Permainan psikologi kata-kata yang dimaksud seperti:

Selalu menggunakan kata-kata positif, hindari ungkapan kata-kata negatif/kurang meyakinkan, seperti sering terucap kira-kira, rasa-rasanya, sepertinya, kalau tidak salah.

Pengulangan kata untuk repeating dan proses edukasi, sehingga akan tertanam pesan utama yang ingin disampaikan.

Penggunaan kalimat/kata-kata yang puitis sehingga akan dapat meningkatkan emosi interaksi penjualan.

Bertindak dan berbicara secara meyakinkan dan tegas, memberikan psikologi penjualan lebih meyakinkan.

Memainkan Psikologi Tulisan

Dalam proses meyakinkan dan komunikasi penjualan seperti dipaparkan di atas, penggunaan pancaindra dan kekuatan visual akan lebih meyakinkan jika Anda membuat catatan atau melakukan coret-coretan teks, gambar, atau jumlah yang dikehendaki, dan dituliskan bersamaan saat Anda berbicarad engan pelanggan.

Teori ini biasa disebut sebagai “forcing order”. Sebagai contoh, ketika Anda berbicara, “Untuk itu order Bapak/Ibu sebanyak enam buah ya,” (dan Anda juga sambil menuliskannya di kertas order sheet yang tampak oleh pelanggan Anda).

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *