05 November | Oleh : Suhartono Chandra
Dalam manajemen istilah manajer merujuk pada jabatan seseorang dalam organisasi yang memiliki anak buah. Sedangkan istilah leader (pemimpin) memiliki arti yang lebih luas. Leader tidak bicara mengenai jabatan atau posisi. Setidaknya ada lima perbedaan mencolok antara manajer dan leader. Topik ini akan dibagi menjadi lima bagian. Tiap bagian mengulas satu perbedaan antara manajer dan leader. Perbedaan pertama, manajer melakukan sesuatu dengan benar (do thing right) sedangkan leader melakukan sesuatu yang benar (do right thing).
Dalam sebuah perusahaan segala sesuatu yang terkait dengan aktivitas perusahaan memiliki seperangkat aturan, standard operating procedure (SOP), yang kadang sangat rigid (kaku). Seorang manajer harus dapat memastikan bahwa semua SOP, aturan-aturan , dan kebijakan-kebijakan perusahan dijalankan dengan benar dan disiplin tinggi.
Tidak salah. Karena itulah tujuan dibuatnya SOP, aturan, dan kebijakan, yaitu agar jalannya organisasi terkendali demi mencapai tujuan organisasi. Terlebih untuk fungsi keuangan dan akunting yang harus menjalankan prinsip-prinsip pruden yang menjadi tuntutan.
Namun, seorang manager menjalankannya secara kaku sehingga tidak berbeda dengan robot yang hanya menjalankan program yang ditanam ke dalam dirinya. Esensi dari tujuan dibuatnya SOP, aturan, dan kebijakan menjadi terlupakan. Seorang leader sama pedulinya dengan manajer terhadap SOP, aturan, dan kebijakan. Bedanya, seorang leader tidak melupakan esensi dibuatnya SOP, aturan, dan kebijakan. Fokus
utama leader adalah melakukan hal yang benar, bukan sekadar melakukan hal dengan benar .
Contoh berikut ini dapat memperjelas perbedaan manajer dan leader. Sebut saja Herman, seorang sales manager sebuah perusahaan yang menyewakan mesin fotocopy ke perusahaan perusahaan. Perusahaan yang besar dapat menyewa puluhan mesin fotocopy yang tersebar di berbagai bagian dalam
perusahaan klien.
Suatu ketika Herman mendapat komplain keras dari general service manager klien besarnya karena orang tersebut mendapat komplain dari sekretaris direksi yang mendapat komplain dari atasannya mengenai salah satu mesin fotocopy yang dipakai menggandakan materi rapat dewan direksi. Pasalnya, hasil copy tidak sesuai dengan yang diharapkan yang berujung pada buruknya sirkuler materi rapat dan rapat masih akan berlangsung hingga keesokan harinya.
General service manager klien Herman minta segera mesin fotocopy dimaksud segera diganti dengan yang lain. Herman tahu bahwa dalam kondisi seperti itu (rapat Dewan Direksi yang masih berlangsung) permintaan klien logis. Herman berpikir bahwa dia harus melakukan sesuatu yang benar.
Herman meneruskan permintaan tersebut ke service manager di perusahaannya. Namun service manager (yang berbeda divisi dengan Herman) menolak, karena SOP untuk penggantian mesin yang disewa tidak bisa serta merta. Teknisi harus memeriksa terlebih dahulu problem mesin tersebut dan memperbaikinya di tempat. Seandainya setelah diperbaiki oleh teknisi ternyata mesin masih bermasalah barulah dapat dilakukan penggantian mesin.
Dalam hal ini service manager di perusahaan Herman melakukan sesuatu dengan benar sesuai SOP. Berhubung wewenang penggantian mesin bukan wewenang Herman, maka dia tidak bisa apa-apa.
Akhirnya, mesin tersebut diganti juga. Namun, rapat dewan direksi sudah selesai. Setelah insiden tersebut klien secara bertahap mulai mengurangi jumlah mesin yang disewa dari perusahaan tempat Herman bekerja. Dalam waktu kurang dari setahun puluhan mesin fotocopy dari perusahaan di mana Herman bekerja sudah digantikan oleh mesin fotocopy kompetitor.
Itulah salah satu contoh perbedaan antara manajer yang orientasinya do thing right dan seorang leader yang orientasinya do right thing.