Menjadi Anggota Team Work Yang Efektif​

02 September 2022

Hidup kita tidak lepas dari suatu tim. Keluarga dengan ayah, ibu, dan anak pun sudah dapat disebut sebuah tim. Grup band pun adalah sebuah tim. Demikian juga tim-tim yang ada dalam sebuah kesebelasan sepak bola, perusahaan, atau organisasi. Team work adalah dua atau lebih individu dengan kemandirian yang tinggi secara bersama-sama berusaha mencapai sebuah tujuan tertentu, di mana setiap anggota tim memiliki keterampilan/keahlian tertentu yang berbeda.

Sebagai contoh, dalam sebuah perusahaan ada bagian produksi, bagian pemasaran, bagian penjualan, bagian akunting dan keuangan, bagian gudang dan pengiriman, dan bagian layanan pelanggan. Setiap bagian bekerja secara mandiri, memiliki keahlian/keterampilan yang berbeda. Dan secara bersama-sama berusaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh pimpinan perusahaan.

Oleh karena sebuah tim merupakan campuran individuindividu yang mandiri dan fokus pada keahliannya masing-masing maka efektivitas sebuah tim ditentukan oleh efektivitas setiap individu dalam berinteraksi dengan anggota lainnya sesuai dengan peran masing-masing di dalam tim itu. Dengan kata lain sebuah tim yang efektif akan terbentuk ketika setiap individu menjadi anggota tim yang efektif. Tim yang efektif memiliki dinamika yang tinggi. Oleh karenanya, setiap anggota harus memiliki interpersonal skill yang tinggi sehingga meminimalkan terjadinya friksi yang kontra-produktif antar anggota tim; memahami bagaimana berfungsi secara efektif di dalam tim sehingga setiap anggota tim memberikan kontribusi yang diharapkan; kesediaan berbagi tanggung jawab, yaitu fokus pada peran utamanya tetapi fleksibel. Di samping itu juga diperlukan communications skill yang baik serta kesediaan berkomunikasi secara terbuka. Anggota tim yang efektif memiliki setidaknya lima karakteristik berikut ini. Pertama, ia berkomitmen mendukung pencapaian tim atau fokus pada hasil akhir yang diharapkan dari tim tersebut. Artinya, membuang sifat egois yang hanya berpikir pada tugasnya dan tidak peduli dengan lainnya. Kedua, ia tidak menonjolkan diri sebagai satu-satunya yang paling berperan dalam pencapaian tim. Ketiga, ia membuka pikirannya terhadap gagasan-gagasan dari anggota lainnya. Kecenderungan seorang spesialis adalah terjebak pada pola pikir sempit yang hanya mengikuti pola pikir bidang yang sangat dikuasai.

Karakteristik keempat, setiap anggota tim senang berbagi informasi dan gagasan. Tentunya dengan tujuan agar anggota tim yang lain juga mengetahui informasi tersebut sehingga dapat meningkatkan efektivitas kerjanya. Kelima, setiap anggota tim perlu mendukung kontribusi anggota lainnya. Ciri khas sebuah tim adalah setiap anggota tim mengerjakan tugas tertentu sesuai dengan keahliannya yang menjadi bagian kontribusinya terhadap pencapaian tim.

Konflik antara satu anggota dengan anggota lain dalam sebuah tim adalah keniscayaan, tidak dapat dihindari suatu saat pasti akan terjadi. Yang penting ketika konflik terjadi masing-masing pihak harus segera menyelesaikannya sehingga konflik tidak berkepanjangan yang pada akhirnya berujung pada ketidakefektifan tim tersebut. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah hadapi konflik yang ada. Menghindar bukanlah langkah yang tepat karena justru akan meningkatkan eskalasi konflik dan akan menyebar ke dalam tim. Lakukan komunikasi yang intens dalam rangka menyelesaikan konflik. Sikap jujur merupakan hal yang penting dan sangat berharga. Artinya akuilah jika memang kesalahan ada di pihak kita dan maafkanlah secara tulus pihak yang salah. Terkadang dalam proses dialog terjadi kebuntuan (deadlock), tetapi jangan pandang kebuntuan sebagai akhir dialog melainkan kesepakatan untuk tidak sepakat (agree to disagree). Sepakat untuk tidak sepakat dapat diartikan “gencatan senjata”, yaitu masing-masing pihak menahan diri dan merenungkan kembali secara jernih apa yang sudah terjadi. Ketidaksepakatan biasanya terjadi karena masing-masing pihak hanya berpatokan pada keyakinan masing-masing, yang biasanya terjadi karena kurangnya informasi. Maka dalam masa “gencatan senjata” masing-masing pihak perlu mencari informasi tambahan dan mencoba merenungkan hal-hal apa yang membuat pihak lain berkeyakinan seperti itu. Setelah masa “gencatan senjata” berakhir diskusikan lagi perbedaan-perbedaan yang ada dengan terus-menerus menekankan pada pentingnya mengacu pada nilai-nilai bersama dalam sebuah tim. Jika masing-masing pihak melakukan hal-hal di atas biasanya konflik dapat diselesaikan dengan baik.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *